Selasa, 06 Oktober 2009

LAPORAN MARKET INTELLIGENCE
PERKEMBANGAN INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA
January 2009


Honda produsen terbesar

Honda sebagai pemimpin pasar dalam industri sepeda motor di tanah air hingga tahun 2008 masih menjadi produsen terbesar. Pada tahun 2007 produksi Honda mencapai 2,14 juta unit. Dengan tingkat produksi ini Honda menguasai sekitar 45,42 persen dari total produksi sepeda motor di tanah air.

Produksi Honda pada tahun 2008 meningkat cukup tinggi menjadi 2,83 juta unit sepeda motor atau sebesar 32,6 persen. Peningkatan produksi ini merespon permintaan pasar yang pada tahun tersebut tumbuh sekitar 33 persen. Meskipun meningkat, namun pangsanya sedikit turun menjadi 45,19 persen dari total produksi sepeda motor nasional.

Produsen lain yang cukup tingkat produksinya besar adalah Yamaha. Pada tahun 2007 produksinya mencapai 1,67 juta unit sepeda motor atau mencapai 35,6 persen dari total produksi sepeda motor di Indonesia.

Tingkat produksi ini meningkat menjadi 2,52 juta sepeda motor pada tahun 2008 atau naik sebesar 50, 54 persen. Peningkatan ini mendongkrak pangsa produksi sepeda motor Yamaha menjadi 40,18 persen.

Yamaha dalam beberapa tahun terakhir terus mendekati Honda sebagai produsen sepeda motor terbesar. Peningkatan produksi Yamaha ini didukung dengan ekspansi kapasitas sejak tahun 2006. Peningkatan produksi Yamaha didukung oleh permintaan pasar yang terus meningkat sejak tahun 2006.

Pada tahun 2009 produksi diperkirakan mandek atau bahkan turun karena pasar dalam negeri melemah. Pasar ekspor yang bisa menjadi alternatif diperkirakan juga melemah.

Produsen seperti Yamaha dalam jangka panjang akan meningkatkan ekspor sepeda motor buatannya. Investasi di pabrik kedua miliknya di Karawang salah satunya ditujukan untuk memproduksi sepeda motor untuk diekspor.

Pabrik Yamaha di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia yang setiap tahunmemberi kontribusi pada pasokan sepeda motor Yamaha sebanyak 40 persen.

Produsen lain seperti Suzuki, meskipun tingkat produksinya meningkat, namun pangsanya menurun karena pasar yang berkembang lebih banyak diserap oleh dua produsen utama yakni Honda dan Yamaha.

Penjualan tahun 2008 tembus 6 juta unit

Penjualan sepeda motor di tanah air dalam dua tahun terakhir sejak tertekan pada tahun 2006 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 penjualan mencapai 4,47 juta unit atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,44 persen.

Peningkatan kembali terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar 33,24 persen menjadi sebesar 6,28 juta unit sepeda motor. Peningkatan ini terjadi karena daya beli masyarakat yang membaik.

Perekonomian Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir digerakkan oleh konsumsi masyarakat membuat barang konsumsi seperti sepeda motor meningkat permintaannya.

Honda masih memimpin

Dalam beberapa tahun terakhir Yamaha terus membuntuti Honda sebagai sepeda motor yang paling banyak terjual. Dalam beberapa bulan di tahun 2007 Yamaha malah sudah melampaui Honda dalam angka penjualannya. Namun secara kumulatif dalam setahun Honda masih memimpin.

Pada tahun 2007 penjualan sepeda motor Honda mencapai 2,14 juta unit. Pangsa pasar dari Honda pada tahun tersebut mencapai 45,45 persen. Sementara itu Yamaha pada tahun 2007 penjualannya mencapai 1,85 juta unit dengan pangsa pasar sebesar 39,32 persen.

Pada tahun 2008 baik Honda maupun Yamaha masing-masing berhasil meningkatkan penjualannya. Honda mampu menjual sebanyak 2,88 juta unit atau naik sebesar 34,3 persen. Dengan volume penjualan sebesar ini pangsa pasar dari Honda mencapai 45,81 persen.

Sementara itu penjualan Yamaha meningkat sebesar 36,1 persen menjadi 2,52 juta unit sepeda motor. Yamaha memiliki pangsa pasar sebesar 40,17 persen. Kedua produsen ini terus bersaing dalam penjualan meskipun secara umum Honda masih lebih unggul.

Secara kumulatif pada tahun 2008 penjualan Honda mencapai 2.877.408 unit lebih tinggi dari Yamaha yang sebesar 2.522.866 unit. Namun, pada bulan tertentu Yamaha mampu menyalip Honda dalam jumlah penjualan sepeda motor seperti pada bulan Desember 2008 dimana penjualan Honda mencapai 173.849 unit lebih kecil dari Yamaha yang mencapai 194.423 unit.

Pada bulan Januari 2009 penjualan Honda kembali menyalip Yamaha. Volume penjualan Honda sebanyak 179.685 unit sepeda motor, sementara itu volume penjualan Yamaha mencapai 162.656 unit.

Pangsa skuter otomatik meningkat

Dilihat dari jenis sepeda motor yang terjual pada tahun 2007 hingga 2008, terlihat bahwa jenis skuter otomatik semakin besar pangsa pasarnya. Sepeda motor jenis sport juga meningkat pangsa pasarnya pada tahun-tahun tersebut.

Pada tahun 2007 penjualan sepeda motor jenis skuter otomatik mencapai 872.066 unit atau mencapai pangsa pasar 18,5 persen dari total penjualan sepeda motor.

Pada tahun 2008 penjualan sepeda motor jenis ini kembali meningkat cukup tinggi menjadi 1.613.661 unit sehingga pangsa pasarnya mencapai 25,7 persen. Penjualan skuter otomatik banyak disumbangkan oleh Yamaha diikuti oleh Honda, Suzuki, dan Kymco.

Jenis skuter otomatik banyak diminati karena praktis dan modis. Pada saat industri sepeda motor tertekan pada tahun 2006 akibat kenaikan harga BB|M pada akhir tahun 2005, jenis skuter otomatik mampu meningkat pangsa pasarnya.

Sepeda motor jenis sport pada tahun 2007 penjualannya mencapai 377.107 unit atau pangsa pasarnya mencapai 8 persen. Pada tahun 2008, pangsa pasarnya naik menjadi 8,5 persen atau volume penjualan sebesar 533.868 unit.

Sementara itu, jenis bebek yang selama ini menguasai pangsa pasar justru menurun pangsa pasarnya. Pada tahun 2007 penjualan jenis ini mencapai 3.464.705 unit dengan pangsa pasar sebesar 73,5 persen. Pada tahun 2008 penjualan sepeda motor bebek meningkat menjadi 4.132.756 unit, akan tetapi pangsa pasarnya turun menjadi 65,8 persen.

Turunnya pangsa pasar jenis bebek ini terjadi karena citra skuter otomatik dan sepeda motor sport semakin kuat. Meskipun awalnya dibuat untuk mengisi segmen pengendara perempuan, namun saat ini dipandang tidak identik dengan citra feminin sehingga bisa diterima oleh segmen pengendara pria.

Sebagian citra sepeda motor bebek yakni praktis kini juga telah dimiliki oleh skuter otomatik bahkan dengan tingkat yang lebih tinggi. Dengan harga yang bersaing dengan jenis bebek membuat skuter otomatik menjadi pilihan.

Sementara itu, sepeda motor jenis sport tetap mewakili citra tangguh dan maskulin. Konsumen sepeda motor sport tidak mempertimbangkan kepraktisan namun ketika harus beralih ke sepeda motor praktis kini cenderung memilih skuter otomatik daripada jenis bebek karena tidak praktis dan tidak lekat dengan citra feminin.

Persaingan semakin keras

Kondisi ekonomi global yang mengalami resesi diperkirakan akan membuat tingkat persaingan pada industry sepeda motor nasional semakin tinggi. Pasar yang tertekan akan memaksa para pemain untuk menggunakan berbagai macam strategi dalam memenangkan persaingan.

Beberapa startegi yang ditempuh antara lain adalah dengan meluncurkan model atau baru, penyesuaian harga, pembiayaan, iklan dan promosi hingga membangun jaringan komunitas.

Honda menyesuaikan harga terendah pada model baru sepeda motor bebek

Harga menjadi salah satu strategi bersaing dalam industri sepeda motor di Indonesia. Pada jenis sepeda motor yang pangsa pasarnya terbesar yakni jenis bebek, perbedaan harga hingga tahun 2008 terletak pada harga terendah dan tertinggi.

Harga terendah Honda adalah Rp.10.600.000,- sementara pesaingnya yakni Yamaha dan Kawasaki masing-masing adalah Rp.11.500.000,- atau sebesar 8,5 persen.

Sementara itu, untuk harga tertinggi Honda mencapai Rp.16.100.000,- sedangkan Yamaha dan Kawasaki masing-masing sebesar Rp.15.050.000,- dan Rp.14.800.000,- atau sebesar 7 persen dan 8,8 persen.

Honda terlihat ingin memperkuat segmen konsumen bawah dengan harga yang paling rendah. Hal ini sesuai dengan strategi Honda sebagai produsen sepeda motor yang ekonomis.

Dengan rentang harga yang paling lebar dan jumlah produk terbanyak di kelas ini yakni mencapai 6 model, Honda juga terlihat ingin mengambil pasar yang lebih luas.

Sementara Yamaha dan Kawasaki tidak menggunakan harga yang lebih rendah sebaga strategi untuk bersaing. Rentang harga produk Yamaha dan Kawasaki juga tidak terlalu lebar sehingga terlihat mereka lebih fokus pada konsumen yang sedikit di atas segmen konsumen lapis paling bawah. Jumlah model yang lebih sedikit yakni masing-masing Yamaha 5 model dan Kawasaki 4 model juga mencerminkan strategi harga yang diterapkan.

Pada tahun 2009, Honda akan menaikkan harga terendahnya pada level yang sama yakni menjadi Rp. 11.600.000,- yang ditempuh dengan menghentikan produk termurahnya yakni Supra Fit X dan Revo yang bermesin 100 cc dengan dengan Absolute Revo yang bermesin 110 cc.

Untuk jenis motor sport rentang harga antara Honda dan Yamaha tidak berbeda jauh, sementara Kawasaki rentang harganya cukup besar. Rentang harga Honda adalah antara Rp. 17.600.000,- hingga Rp. 20.900.000,- sementara Yamaha antara Rp. 16.700.000,- hingga Rp. 19.485.000,-.

Kedua pemain ini memang merupakan pemimpin pasar sepeda motor sport yang membidik segmen utama. Dilihat dari jumlah produk, keduanya juga tidak berbeda jauh. Hingga tahun 2008 Yamaha masih memproduksi tiga model yakni RX King, Scorpio Z, dan V-Ixion, sementara Honda dengan dua model yakni Mega Pro dan Tiger. Namun, mulai tahun 2009 Yamaha akan menghentikan produksi RX King yang masih memakai teknologi mesin 2 langkah.

Sementara itu, Kawasaki sejak awal merupakan pemain yang membidik segmen khusus dengan menerapkan harga yang lebih mahal. Rentang harga sepeda motor sport Kawasaki adalah Rp. 20.800.000,- hingga Rp. 54.900.000,-. Kawasaki memiliki citra sebagai produsen sepeda motor yang stylish yang mewakili gaya hidup sehingga harganya jauh lebih tinggi.


Yamaha lebih kuat membangun citra

Salah satu strategi yang digunakan dalam persaingan adalah pencitraan. Honda mencitrakan dirinya sebagai sepeda motor yang efisien dalam konsumsi bahan bakar dan awet, sementara Yamaha sebagai sepeda motor yang responsif dan bertenaga.

Yamaha berhasil mengambil keuntungan dari perubahan yang terjadi dalam industri sepeda motor dimana semakin banyak anak muda yang memiliki sepeda motor.

Yamaha mencitrakan diri sebagai sepeda motor yang desainnya muda dan sporty serta cepat. Yamaha juga menggunakan endorser yang sangat kuat citranya dengan anak muda dan kecepatan yakni Valentino Rossi. Citra ini terus didorong dengan iklan komersial, sponsorship siaran langsung balapan motor, membangun komunitas pengendara, serta kegiatan terkait seperti mendatangkan endorser-nya ke Indonesia.

Honda juga melakukan hal kurang lebih sama namun tidak segencar Yamaha. Honda tidak melakukan sponsorship pada balapan motor yang cukup digemari seperti yang dilakukan Yamaha.

Pemain lain seperti Suzuki dan Kawasaki upayanya untuk meningkatkan awareness tidak seluas Yamaha maupun Honda.

Kesimpulan

Industri sepeda motor nasional merupakan industri yang masih terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ini didorong oleh kebutuhan masyarakat akan alat transportasi yang murah dan fleksibel.

Kebutuhan masyarakat ini masih akan terus ada mengingat belum adanya sistem transportasi massal yang terintegrasi apalagi rasio kepemilikan sepeda motor di Indonesia masih tergolong rendah di kawasan ASEAN sehingga potensi di masa datang masih sangat baik.

Potensi yang baik ini mendorong pertumbuhan kapasitas produksi. Pada tahun 2008 kapasitas produksi sepeda motor mencapai 8,46 juta unit per tahun. Produksi juga terus meningkat seiring permintaan yang juga terus tumbuh. Tingkat produksi pada tahun 2008 mencapai 6,27 juta unit.

Honda masih menjadi produsen terbesar pada tahun 2008 dengan volume produksi sebesar 2,83 juta unit disusul Yamaha dengan 2,52 juta unit. Kedua pemain ini secara bersama-sama menguasai pangsa produksi sebesar 95 persen.

Sementara itu, pada tahun 2008, penjualan sepeda motor mencapai lebih dari 6 juta unit yang merupakan rekor penjualan sepeda motor di tanah air. Pertumbuhan penjualan juga tumbuh cukup tinggi yakni sebesar 33,2 persen.

Pertumbuhan industri ini terpengaruh oleh resesi global, sehingga pada tahun 2009 pertumbuhannya diperkirakan akan tertahan sebagai akibat dari tekanan pada permintaan. Penurunan permintaan ini diperkirakan lebih banyak terjadi di daerah penghasil komoditas pertanian.

Daya beli masyarakat di daerah penghasil komoditas pertanian seperti kelapa sawit dan kopi akibat harga komoditi yang turun cukup besar dibandingkan ketika mencapai puncaknya tahun 2008. Penurunan harga komoditi ini tidak bisa diimbangi dengan peningkatan volume ekspor karena permintaan dunia melemah.

Sementara itu, permintaan di perkotaan cenderung lebih tahan dari tren pelemahan meskipun tetap menurun karena pendapatan mereka tidak hanya berasal dari sektor manufaktur yang juga mengalami pelemahan.

Pendapatan masyarakat perkotaan di sektor jasa, beberapa sektor industri seperti makanan, sektor informal, serta sektor pemerintah tidak terlalu banyak terpengaruh karena selain kegiatannya masih berjalan, tingkat inflasi secara umum juga terkendali.

Sumber : Indonesian Commercial Newsletter (ICN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar